
Desa Demulih
Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli - 51
I Kadek Galiarta | 18 Februari 2020 | 3.860 Kali Dibaca

Artikel
I Kadek Galiarta
20 18-0 02:21:35
3.860 Kali Dibaca
Hari Raya Galungan dan Kuningan semakin dekat. Galungan yang jatuhnya setiap Budha Kliwon Wuku Dunggulan, dibulan ini akan jatuh pada tanggal 19 Februari 2020. Begitu juga Hari Raya Kuningan yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan juga jatuhnya tepat 10 (sepuluh) hari setelah hari raya galungan, pada tanggal 29 Februari 2020.
Hari Raya Galungan dimaknai kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Keburukan), dimana pas Budha Kliwon wuku Dunggulan kita merayakan dan menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan YME).
Mengenai makna Galungan dalam lontar Sunarigama dijelaskan sebagai berikut:
Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep
Artinya:
Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.
Jadi, inti Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu (byaparaning idep) adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan menangnya dharma melawan adharma.
Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan Jagat atau Oton Gumi. Tidak berarti bahwa Gumi/ Jagad ini lahir pada hari Budha Keliwon Dungulan. Melainkan hari itulah yang ditetapkan agar umat Hindu di Bali menghaturkan maha suksemaning idepnya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala isinya. Pada hari itulah umat bersyukur atas karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa yang telah berkenan menciptakan segala-galanya di dunia ini.
MAKNA Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan. Pada hari ini umat melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin. Pada hari ini diyakini para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja, sehingga pelaksanaan upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya sampai tengah hari saja. Sesajen untuk Hari Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama yaitu tebog, canang meraka, pasucian, canang burat wangi. Di palinggih yang lebih kecil yaitu nasi selangi, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi. Di kamar suci (tempat membuat sesajen/paruman) menghaturkan pengambeyan, dapetan berisi nasi kuning, lauk pauk dan daging bebek. Di palinggih semua bangunan (pelangkiran) diisi gantung-gantungan, tamiang, dan kolem. Untuk setiap rumah tangga membuat dapetan, berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk daging bebek (atau ayam). Tebog berisi nasi kuning, lauk-pauk ikan laut, telur dadar, dan wayang-wayangan dari bahan pepaya (atau timun). Tebog tersebut memaki dasar taledan yang berisi ketupat nasi 2 buah, sampiannya disebut kepet-kepetan. Jika tidak bisa membuat tebog, bisa diganti dengan piring.
Sesayut Prayascita Luwih : dasarnya kulit sesayut, berisi tulung agung (alasnya berupa tamas) atasnya seperti cili. Bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, di atasnya diisi tumpeng yang ditancapkan bunga teratai putih, kelilingi dengan nasi kecil-kecil sebanyak 11 buah, tulung kecil 11 buah, peras kecil, pesucian, panyeneng, ketupat kukur 11 buah, ketupat gelatik, 11 tulung kecil, kewangen 11 pasucian, panyeneng, buah kelapa gading yang muda (bungkak), lis bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi berisi aneka kue dan buah. Sesajen ini dapat juga dipakai untuk sesajen Odalan, Dewa Yadnya, Resi Yadnya dan Manusa Yadnya.
Beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi. Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya. Kolem sebagai simbol tempat peristirahatan hyang Widhi, para Dewa dan leluhur kita.
Pada hari Rabu, Kliwon, wuku Pahang, disebut dengan hari Pegat Wakan yang merupakan hari terakhir dari semua rangkaian Hari Raya Galungan-Kuningan. Sesajen yang dihaturkan pada hari ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari, terhitung sejak hari Sugimanek Jawa.
Jadi inti dari makna hari raya kuningan adalah memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.
Komentar Facebook
Statistik Desa

Populasi
2362

Populasi
2469

Populasi
4831
2362
LAKI-LAKI
2469
PEREMPUAN
4831
TOTAL
Aparatur Desa

Perbekel
I NYOMAN WIJANA,S.E.

Sekretaris
I WAYAN SUDIANA

Kasi Pemerintahan
NI KETUT SUARMONI

Kasi Kesra
I NENGAH ARYA DIRGANTARA

Kasi Pelayanan
I NENGAH KARSANA

Kaur Umum
NI WAYAN NAMI RUPANI

Kaur Keuangan
NI KETUT GARNIS

Kaur Perencanaan
NI LUH PANDE SARIPIANI

Kelian Banjar Dinas
I WAYAN RUMIA

Kelian Banjar Dinas
I KETUT ARYAWAN

Kelian Banjar Dinas
I NYOMAN BERANA

Staff Administrasi
I NENGAH LESTIAWAN

Staff Administrasi
NI WAYAN BUDI UTAMI

Staff Administrasi
PUTU RINA MUTIA DEWI

Staff Kebersihan
I NENGAH WIJANA

Staff Kebersihan
I NENGAH MULIARSA



Desa Demulih
Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, 51
Hubungi Perangkat Desa untuk mendapatkan PIN
Masuk
Sinergi Program
Komentar
Arsip Artikel

0 Kali
Penyaluran Dana BLT-DD Buan April Tahun 2025

60 Kali
Penyaluran Dana BLT DD Bulan Januari, Februari dan Maret Tahun 2025

99 Kali
Kegiatan Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025 Desa Demulih

73 Kali
Desa Sadar Hukum Desa Demulih

106 Kali
Infografis Realisasi APBDES Demulih Tahun 2024

109 Kali
MUSDES Laporan pertanggungjawaban Realisasi APBDes TA 2024

125 Kali
Penyerahan Dana BLT-DD Bulan Desember 2024
Kirim Komentar